SekilasKota.com | Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 di 171 daerah baru saja menyelesaikan salah satu tahapan yang paling krusial yaitu pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Secara umum proses ini berlangsung lancar sekaligus membuktikan rakyat Indonesia sudah matang dan dewasa dalam berdemokrasi.
Ketua Dewan Pembina Lembaga Bantuan Hukum Anarki Nusantara 56 (LBH Antara 56) Rosidi Roslan menjelaskan, kelancaran Pilkada 2018 jelas membuktikan bahwa sesungguhnya rakyat sudah dewasa dalam berdemokrasi. Sekarang giliran para calon yang menang maupun yang kalah berkompetensi menujukkan kemulian hati.
Para calon dan pendukungnya yang unggul versi hitung cepat, sambung Rosidi, harus menjaga sikap karena hitung cepat bukan hasil final. Sementara calon yang persentasenya suara di bawah, menenangkan pendukungnya dan tetap mengawal proses pilkada hingga nanti KPU menetapkan pemenang.
“Para calon yang unggul versi hitung cepat harus terus ingatkan pendukungnya bahwa ini bukan hasil resmi. Pemenang yang menentukan adalah KPU. Calon yang persentasenya di bawah juga harus mengajak pendukungnya untuk dewasa menyikapi hasil hitung cepat. Sehingga apapun nanti yang ditetapkan KPU, termasuk jika berbeda dengan hasil hitung cepat semua pihak menerima. Pilkada bukan segalanya, keakraban dan kesatuan kita sebagai warganegara-lah yang utama,” ujar pria lulusan Universitas Indonesia ini.
Konsultan dan auditor hukum ini juga mengucapkan selamat kepada pasangan calon yang unggul versi hitung cepat.
“Selamat kepada Ibu Khofifah di Jatim, Pak Ganjar di Jateng, Kang Emil di Jabar, Pak Zulkiflimansyah di NTB, Pak Edy di Sumut, Kang Bima Arya di Kota Bogor, dan para calon di daerah lain yang unggul versi cepat. Terus ingatkan pendukung bahwa hasil resmi adalah versi KPU. Ini penting agar jika ada hasil ada hitung cepat yang berbeda dengan hasil KPU semua pihak bisa berbesar hati terutama di daerah dimana selisih suara antarcalon sangat tipis,” tutur Rosidi di Jakarta, Sabtu (30/6/18).